Bismillah.
Kemaren iseng-iseng bikin poll di Facebook #brasafemes karena bingung apa lagi yang mau ditulis di blog ini. Ada beberapa yang respon dan setelah poll ny ditutup dengan skor 4:3, akhirnya memutuskan buat memuaskan publik dengan postingan: Mencari rumah di Berlin
Sebenarnya bingung juga mau mulai darimana karena prosesnya ga gitu ribet dan yang namanya cari rumah sewaan ya pastinya bergantung sama jodoh dengan yang punya rumah lah ya #lha
Tapi cari rumah di Berlin agak sedikit lebih ribet karena.. dokumennya banyak banget ya ampun #lemah. Pengalaman cari rumah tiap orang beda2 pastinya, tapi saya coba deh break down step2 yang saya Suami alamin kemaren.
#1 Mencari rumah yang available
Untung banget ya jaman sekarang cari rumah bisa online. Ga kebayang dengan bahasa Jerman kami yang terbatas ini kalo mesti cari rumah via iklan koran dsb nya. Banyak sih sebenarnya website buat cari rumah di Jerman ini. Tapi kemaren kami ga explore banyak karena takut bingung, hahaha. Yang sering dicek tiap hari pastinya Immobilien24. Websitenya standar lah, bisa di filter per daerah dan budget.
Yang unik dari cari rumah di Berlin (dan mungkin Jerman in general) adalah mereka pasti ada dua jenis uang sewa. Yang satu kaltmiete (cold rent) dan warmmiete (warm rent). Kaltmiete adalah uang sewa tanpa ekstra yang lain such as heating, air, gas, dan biaya sampah. Warmmiete adalah kaltmiete + esktra2 yang di atas. Penjelasan simple nya ada di sini ya. Ekstra2 yang di atas disebut nya Nebenkosten. Dan Nebenkosten ini sebenarnya adalah estimasi dari landlord, jadi di akhir tahun, bisa saja penyewa diminta untuk membayar lebih atau bahkan mendapatkan refund.
Kenapa jadi ngelantur ya, hahaha. Anyway, itu penjelasan singkat tentang sistem uang sewa di Jerman. Di website2 untuk cari rumah, selain di filter dengan monthly rent, kita juga bisa filter dengan jumlah kamar. Jumlah kamar di Jerman biasanya menginclude ruang tengah, e.g 3 Zimmer (3 rooms) berarti ada dua kamar tidur + 1 ruang tengah.
Di Jerman, lebih umum untuk dapat rumah yang kosong melompong. Jadi jangan terlalu berharap bisa dapat rumah yang sudah lengkap dengan segala isinya. Tapi ada juga rumah2 yang dapur nya sudah lengkap dan biasanya ini lebih mahal. Rumah2 disini juga jarang yang punya gudang, kalaupun ada, biasanya ada yang namanya ‘cellar’ aka gudang bawah tanah.
Selain mengandalkan website semacam Immobilien24, kami juga mencari info di Facebook groups. Semacam yang satu ini : Flats in Berlin ONLY LONG TERM. Untuk yang di Facebook groups, biasanya lumayan cepat keisinya, jadi jarang juga kami dapat info yang sukses dari sini, haha.
#2 Viewing dan submit documents
Kalo sudah dapat rumah yang diminati, kita hubungi landlord atau agen nya. Lumayan tipikal lah ya sampai sini. Bedanya adalah, untuk viewing biasanya harus appointment dan per batch. Begitulah.
Saat viewing, biasanya akan diberi tahu dokumen apa saja yang perlu disiapkan untuk application. Dokumen? Iya, banyak dokumen yang harus di submit ke landlord. Jadi cari rumah di Berlin ini menurut saya udah hampir mirip dengan cari kerja.
Dokumen2 yang harus disubmit sebenarnya lumayan standar, tapi karena banyak, jadinya lumayan menguras waktu juga. Tiap landlord pun mintanya bisa beda2, ada yang prefer dokumennya dikirim via pos, ada juga yang via .pdf pun ok.
Biasanya, mereka minta dokumen2 seperti di bawah ini:
SCHUFA
Ini basically credit debt. Bukti kalau kita ga punya hutang dan bayar bill dengan teratur setiap bulan. SCHUFA ini akan diminta untuk hampir setiap application kita di Jerman. Makin bagus score kita (i.e ga punya hutang), makin besar kemungkinan aplikasi kita diterima.
Work contract / proof of monthly income
Untuk yang bekerja, akan diminta surat kontrak atau latest payslips for the last 3 months. Terdengar standar tapi sebenarnya waktu dengar pertama kali sih agak bikin risih karena ini berarti landlord/agen bisa tahu penghasilan kami berapa tiap bulan. Memang, makes sense untuk mereka karena mereka kan juga inginnya punya tenant yang bisa bayar rent ya tiap bulan.
Mietschuldenfreiheitsbescheinigung
What a mouthful. Basically ini sih kayak surat pernyataan dari previous landlord kalo kita adalah tenant berkelakuan baik (aka. ga ngerusak barang2 dan selalu bayar rent tepat waktu)
Application form
Standar ya. Ngisi formulir yang isinya kayak data2 pribadi
Setelah dokumen lengkap, kirim deh.
Tiap landlord punya preference beda2 ya. Mungkin ada landlord yang pengennya single, biar ga ada masalah ribut2 suara anak2. Atau mungkin malah ada yang pengennya family, karena ga pengen ada masalah sama yang bikin party tengah malam dsb. Yang perlu diperhatikan menurut saya sih adalah bagaimana profil daerahnya. Di daerah yang hipster, mungkin penyewa yang single akan lebih di favoritkan. Sementara di daerah yang jauh lebih quiet dan banyak family, besar kemungkinan landlord akan lebih senang dengan profil yang punya keluarga.
#3 Waiting
Nah, inilah bagian ga enaknya. Selama menunggu, jangan kontak2 untuk minta update. We learned that Germans don’t like this. Mereka bakal kontak kalo mereka mau kontak/ada update. Kalau ga ada, anggap aja emang bukan rezeki dan move on #hiks.
Oh ya, biasanya sih kami recheck aja iklan apartemen yang kami apply. Kalo iklannnya udah ga ada, berarti kan udah ada yang dapet dan itu bukan kami, hahahaha.
#4 Sign the contract
Udah dapet offer? Alhamdulillah. Sekarang teken kontrak, yaaay.
Jangan yay dulu. Waktu kami teken kontrak kemaren, si agent nya minta kami untuk bawa translator. Karena? Karena kontraknya semua dalam bahasa Jerman!
Jadi untuk menghindari adanya kesalahpahaman dalam terms and conditions, memang lebih baiknya untuk bawa translator sebelum tanda tangan kontrak. Dan ini menurut kami memang sangat perlu karena ternyata banyak sekali klausa yang kami kurang paham dan perlu native speaker buat ngomong ke agentnya.
#5 Ngisi rumah
Nah, time to plan trips to IKEA, hahaha.
Kalau dapet rumah yang kosong melompong, mau ga mau ya harus diisi sendiri ya. Termasuk dapur, tempat tidur, dan segala macam pernik2 lainnya. Karena budget yang terbatas, pilihan kami ya tentu saja IKEA. Lol.
Tapi sebenernya ngisi rumah yang kosong begini lumayan menyenangkan juga sih, jadi inget waktu kami sering main ke IKEA di Singapur dan berandai2 buat punya rumah macam di IKEA showcase. Nah sekarang alhamdulillah ada kesempatannya, ya walapun ga akan semirip IKEA showcase karena kami memang ga punya sense of design, hahahaha.
***
Kalau ditanya suka dukanya cari rumah di Berlin, jujur lebih banyak dukanya, hiks. Ngerasain ditolak sama rumah yang sebenarnya kami taksir banget. Susah cari rumah yang sesuai budget dan daerahnya kami seneng. Dsb, dsb.
Tapi alhamdulilah ya, semuanya memang berujung ke yang lebih baik. Seneng banget dapet rumah kami yang sekarang. Daerahnya ok, banyak toko halal, KBRI yang cuma 3 bus stops, mesjid Indo yang cuma 5 menit jalan, dan dekat sama childcare nya anak2. Banyak playground pula. Aaah, pokoknya udah cinta banget sama rumah ini.
Semoga bermanfaat buat yang lagi cari rumah di Jerman ya.
Salam weekend,