Pengaturan Keuangan Keluarga

Sudah hampir akhir bulan, dan artinya apa? Gajian yesss.
Tapi tunggu dulu.
Tagihan telpon, listrik, gas?
Sewa rumah, cicilan kendaraan?
Biaya sekolah anak, les, jalan-jalan?
Keperluan pribadi, pos buat orang tua, nabung dana pensiun, dana darurat?
Dan tiba-tiba saja rekening gaji berkurang 80% *nyesss*


Preambule nya panjang amat tapi intinya sih saya ingin coba berbagi manajemen keuangan keluarga ala keluarga kami 😆

Jadi ceritanya, sejak kecil, saya termasuk yang organized soal uang. Mungkin bukan organized lagi ya, tapi sudah taraf pelit kalau kata adek saya mah, haha.

Alhamdulillah, kebiasaan itu terbawa sampai sekarang dan membantu sekali saat saya membuat budget bulanan keluarga kami.

Disclaimer dulu ya. Mungkin ada beberapa tips saya yang ga applicable karena kondisi tiap orang pastinya berbeda-beda – tapi mudah-mudahan ada yang berguna.

Pantau pengeluaran selama beberapa bulan pertama

Ga ada yang bisa mulai cuma dengan rough number atau berdasarkan liat harga pasar karena pengeluaran setiap keluarga pasti beda-beda. Saran saya yang pertama adalah, coba liat pattern pengeluaran selama beberapa bulan pertama. Berapa yang dihabiskan untuk belanja bulanan, untuk ini, untuk itu – dan setelah itu, bisa dilihat berapa batas aman budget yang bisa dialokasikan. Misalnya begini,

  • Pengeluaran bulan pertama untuk groceries adalah 1 juta.
  • Bulan berikutnya membengkak jadi 1.2 juta karena satu-dua hal yang mendesak.
  • Bulan berikutnya bisa turun ke 1.1 juta.

Saya selalu ambil median. Maka dalam kasus ini, batas aman untuk alokasi dana groceries perbulan adalah 1.1 juta.

Begitu seterusnya untuk pos-pos yang lain. Kalau sudah dapat pattern dan batas amannya, maka kita bisa mulai dengan membuat budget nya.

Mulai dengan spreadsheet

Mungkin masih ada yang pakai kertas ya, tapi saya memilih pakai online spreadsheet untuk membuat monthly budget. Selain praktis ngitung-ngitungnya (hahaha), praktis juga untuk dishare ke pak Suami untuk approval #yha.

Saya penggemar G-Suite, jadi pake Google Sheets. Kalo ada yang punya preference lain, monggo~

List yang wajib-wajib duluan

Buat saya, yang wajib-wajib ini adalah yang ga boleh telat dan ga bisa telat.

Contohnya:

  • Cicilan-cicilan (rumah, motor/mobil, dsb)
  • Sewa rumah, listrik, gas, air, transport, pulsa telepon
  • Biaya sekolah anak-anak
  • Belanja bulanan

Tabungan mana? Buat saya, tabungan belum jadi yang wajib hehehehe. Nanti saya kasih tau kenapa 😀

Atur sisanya untuk pos-pos lain

Misalnya dalam case keluarga kami:

  • Dana pensiun – untuk yang bukan PNS, ini penting ya. Terserah mau diinvestasikan kemana, tapi usahakan selalu ada tiap bulan.
  • Dana jalan-jalan (iyes, ini penting) – dinamakan ‘jalan-jalan’ karena sebenarnya maksudnya bisa buat dana mudik atau bahkan haji/umroh.
  • Dana pendidikan anak-anak – lebih ke investasi pendidikan anak-anak, karena yaa sekolah makin mahal.
  • Untuk kasih orangtua
  • Dana senang-senang (maksudnya sih buat keperluan pribadi) – yang perempuan, mungkin buat beli skincare/makeup/dsb. Atau buat yang laki-laki, mungkin buat beli baju/hobi/buku/dsb. Buat saya ini juga penting karena yaa, seminimal apapun, kita tetap harus mereward diri sendiri setiap bulan.
  • Dana darurat atau kesehatan – mungkin ada yang ikut BPJS atau asuransi lainnya, tapi usahakan selalu ada dana darurat dan in cash, untuk jaga-jaga kalau tiba-tiba ada situasi darurat di rumah.

Tabungan dll

Mungkin aneh ya, buat keluarga kami, tabungan adalah sesuatu yang fluktuatif. Tabungan = gaji – seluruh pengeluaran di atas. Kenapa?

Kami tetap punya threshold untuk tabungan. Setelah selesai dengan semua pos-post diatas, kami bisa menetapkan berapa banyak tabungan untuk tiap bulan. Tapii, seperti yang sudah saya jelaskan di atas, saya selalu ambil batas aman untuk setiap pos pengeluaran. Karena itu, mungkin ada beberapa pos yang surplus setiap bulan. Dan surplus-surplus inilah yang masuk ke tabungan hahahaha.


…. Udah sih, begitu doang. Hahaha.

Saya mencoba untuk ga terlalu complicated dalam membuat monthly budget. Mungkin karena itu ya sampai sekarang saya ga pernah bisa konsisten pake money expense apps apapun karena selalu gagal, hahaha. Bukan karena malas mencatat pengeluaran ya, tapi karena saya merasa apps-apps yang ada sekarang terlalu complicated dengan segala feature nya. Ya udah bikin sendiri aja lah fan apps nya.

Makanya sampai sekarang saya masih setia dengan Google Sheets – selain karena udah tied in dengan google account saya, mudah dishare, dan bisa dicustomize suka-suka.

Kalo ibu-ibu, ada tips pengaturan keuangan keluarga yang lain? 😀

Yang sedang hari libur,
92c4a39ccb411b660632f537ac085077

Please follow and like us: