Bagaimana Hidup di Eropa?

Bismillah,

Baru sadar udah bolos lumayan lama dari ngeblog hehe. Situasi di rumah juga lagi agak riweuh sih #carialasan. Tapi beneran – udah beberapa minggu ini anak-anak sakit bergantian, ditambah dengan Suami yang juga sempat kurang sehat. Sepertinya immune system lagi lemah-lemahnya di pergantian musim ini. Semoga semuanya sehat ya 💪🏻

Bingung juga mesti nulis apa minggu ini – jadi mari kita coba ngeblog tentang mitos-mitos hidup di Eropa ✨

Enak banget ya empat musim! Bisa ngerasain musim dingin juga!

Tergantung diliat dimana enaknya sih 💁🏻‍♀️. Musim dingin berarti kita mesti keluar rumah dengan pakaian yang berlapis-lapis. Dan itu belum termasuk nyiapin anak-anak dengan pakaian yang berlapis-lapis juga. Ribetnya dua kali lipat. Dan musim dingin berarti sinar mataharinya sangat kurang – apalagi di negara-negara Eropa yang di Utara. Musti siap-siap supplement vitamin D. Belum lagi waktu siang yang jadi super pendek (matahari terbit jam 8 pagi, tenggelam jam 4 sore).

Enak ya ga ada macet 🚗

Iya, enak ga ada macet hehe. Kalau yang ini sih saya mengakui. Dengan ga ada macet, jadi ga terlalu stres dan sampai rumah pun bisa sesuai perkiraan. Ini membantu banget terutama buat yang mesti antar jemput anak tiap hari, haha.

Work life balance nya  terjaga dong 👩🏻‍💻

Iya. Tapi jangan lupa kalau urusan rumah harus diurus sendiri — termasuk bersih-bersih dan masak (terutama kita yang Muslim). Go Clean sih cuma bisa ngarep. Hahaha. Belum dihitung antar jemput anak.

Gampang kan mau jalan-jalan ke negara-negara tetangga 🚃

Errr, gampangnya tergantung. Transportasi sih jelas lebih mudah– tapi jangan lupa biaya perjalanan juga bisa jadi lebih mahal. Walaupun mata uang sama-sama Euro, tapi ada beberapa negara yang jauh lebih mahal daripada kebanyakan negara lain 💸 Jadi iya, transportnya relatif gampang. Tapi biaya akomodasi dan makannya — belum tentu.

Lingkungan internesyenel dong 🇹🇭🇺🇸

Tergantung negara dan kotanya, sih. Dan definisi internesyenel ini gimana ya? Apakah bahasanya yang full bahasa Inggris atau punya teman/kolega yang multikultur? Untuk bahasa, ga semua kota besar di Eropa ini penduduknya bisa bahasa Inggris ya. Berlin contohnya — walaupun dia ibukota Jerman, tapi masyarakatnya sebagian besar enggan atau tidak bisa berbahasa Inggris. Di Munich dan Düsseldorf, jauh lebih baik. Kalau soal multikultur, Berlin termasuk yang oke terutama kalau bekerja di perusahaan startup. Tapi ya tetap saja yang atas-atasnya orang Jerman. Ga beda jauh mungkin dengan di Indo 🧐.

Wow gajinya pasti gede ya 💶

Ini lagi nih satu, hahaha. Tahu ga pajak yang mesti dibayar di Jerman berapa? 40%. Jadi ya, walaupun gaji dalam Euro, jangan beranggapan gaji bersihnya besar ya. Apalagi yang cuma kuli coding kayak saya 💻

***

Kesannya ngeluh terus ya somehow, padahal sebenarnya cuma mau meluruskan pendapat-pendapat yang berseliweran. Ga semuanya rainbows and butterflies, dan biasanya baru keliatan setelah lewat masa honeymoon. Pengalaman tiap orang pastinya beda-beda ya, tapi semoga kasih second opinion buat yang mau pindah ke Eropa 🤠

Please follow and like us:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *